Motivasi di Masa Pandemi : Jangan Malu, Jangan Takut, Jangan Ragu-Ragu Untuk Berubah

Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa efek dari Pandemi masih belum selesai dan bahkan telah membawa dampak yang masif bagi banyak pihak, mulai dari pelaku bisnis, organisasi, hingga para karyawan. Dalam situasi yang penuh ketidakpastian ini, ada sebuah artikel bagus,  "Jangan Malu, Jangan Takut, Jangan Ragu-Ragu Untuk Berubah" oleh kak Pambudi, Let check this out :

Namanya Nicholas Hayek. Orangnya sederhana dan ngomong apa adanya. dia bukan pemimpin paling karismatik, Tapi, apa yang dia lakukan sangat menginspirasi. Nicholas tidak hanya menyelamatkan sebuah perusahaan, dia menyelamatkan sebuah industri, bahkan mungkin reputasi sebuah negara.

Jadi, ceritanya adalah tentang industri arloji di Swiss. Kita tahu bahwa Swiss adalah pusatnya jam-jam mewah. Dan, selama ratusan tahun, memang mereka sukses luar biasa. Pada tahun ‘70-an, mereka mengambil kredit dalam jumlah besar ke bank untuk mengembangkan bisnisnya. Ternyata, tren di dunia arloji sudah bergeser. Dominasi industri arloji sudah berpindah ke jam tangan yang murah dan bukan seperti jam Swiss lagi. Jam tangan Casio dan Seiko dari Jepang, serta pemain lain mulai mengancam industri arloji Swiss.

Nah, pada saat kompetitor mulai bangkit, industri jam Swiss galau … haruskah mereka ikut memproduksi jam murah? Dan, memang, ada beberapa segelintir yang bertanya-tanya. Ternyata, sebagian besar tidak setuju mereka ikut-ikutan tren ini, karena:

1. MALU: Kita kan produsen jam mewah. Haruskah kita menurunkan level kita menjadi produsen jam murah?

2. TAKUT: Mampukah memproduksi barang murah? Jangan–jangan, core competence kita bukan di situ.

3. RAGU-RAGU: Apakah tren jam murah akan berlangsung lama? Jangan-jangan, ini hanya tren sesaat.

Dan, karena mereka malu, takut, dan ragu-ragu … maka mulailah kinerja bisnis mereka menurun drastis dan akhirnya berada di ambang kebangkrutan. Bank-bank pun mulai ingin menarik aset-aset mereka untuk mengganti utang yang tak terbayarkan.
Industri arloji Swiss pun dalam kepanikan …. Sampai akhirnya, muncullah Nicholas Hayek. Konsorsium investor dan bank-bank menunjuk Nicholas Hayek.



Apa yang dilakukan Nicholas Hayek?

a). Menganalisis kinerja bisnis dan tren yang terjadi di pasar.

Dia mengerti bahwa memang sekarang, mereka tidak punya pilihan lain kecuali berubah (sense of urgency). Sebenarnya, mereka terlambat. Seharusnya, mereka berubah pada saat ancaman Casio dan Seiko baru tampak. Sekarang, Casio dan Seiko sudah berjaya dan menggerus market arloji Swiss. Tetapi, lebih baik terlambat daripada tidak pernah, bukan?

b) Memutuskan untuk membuat jam tangan murah buatan Swiss (Swatch) dan menggempur pasar dengan jam-jam murah buatan Swiss, berkualitas Swiss.

Dia tahu bahwa he has to do something. Doing nothing is not an option. Pada saat dia menyampaikan visinya untuk membuat jam murah, banyak yang menentang. Dan dia pun bertanya, “Do you have another alternative ?” Tidak ada yang menjawab. Nichooas bilang, “Lets do my way then.”

c) Terus mengimplementasikan visinya secara konsisten.

Nicholas tahu bahwa visi itu hanya kelihatan bagus di kertas. Visi hanya akan menjadi kinerja bisnis jika tidak benar-benar dilaksanakan secara konsisten di lapangan. Dan untuk itulah kita memerlukan seorang leader, pemimpin, yang tak hanya jagoan membuat dan mengomunikasikan visinya, tetapi juga harus memastikan dan mengontrol bahwa visinya benar-benar diimplementasikan.

Baca Juga : Buruan Cek! Ada Lowongan Kerja PT Akebono Breke Astra di tengah masa Pandemi

Beberapa tahun kemudian, terbukti bahwa Swatch laris manis. Pasar sangat menyambut positif dan menyukai Swatch. Dominasi industri arloji kembali ke Swiss.
Bahkan, dengan keuntungan dari Swatch, mereka mampu menyelamatkan dan berinvestasi lagi untuk jam-jam mewah di Swiss. Yang lainnya adalah sejarah.
Apa yang kita bisa pelajari dari Nicholas Hayek?
Tak hanya di dalam bisnis, di dalam kehidupan, sering kita harus berubah. Berubah adalah satu-satunya cara untuk senantiasa memperbaiki diri sendiri. Jika tidak berubah, kita tidak akan mengalami kemajuan.

Saya sudah pernah mengatakan hal ini dan saya akan mengatakannya lagi dan lagi.
Change is not comfortable. But comfort and progress will never walk together.
Kalau mau nyaman, siap-siap Anda tidak akan maju. Jika mau maju, ya siap-siap untuk tidak nyaman.

Oleh karena tidak nyaman itulah, makanya jika kita mau berubah, biasanya kita dihambat oleh tiga hal ini: Malu, Takut, dan Ragu-ragu.
Mau mengubah bisnis, mengubah perilaku, atau sesimpel mengurangi berat badan atau berhenti merokok, biasanya kita dihambat oleh tiga perasaan itu.

Padahal, selama kita tidak bisa mengatasinya, ya kita tidak akan maju-maju.
Semua perintis, semua pemimpin, semua inovator pasti diledek. ditertawakan, dimarahi, diancam.
Jika tidak diledek, berarti Anda tidak pernah melakukan yang lain daripada yang lain. Dan, jika tidak pernah melakukan hal-hal yang lain dari yang lain, jangan pernah mengeluh jika Anda hanya mendapatkan tidak lebih dari yang lain. Jangan takut dan jangan ragu-ragu untuk berubah …. karena konsekuensi tidak berubah ternyata jauh lebih fatal.
Kita coba yuk, kita terapkan sehari-hari.
Jika mau berubah, jangan takut, jangan malu, dan jangan ragu-ragu.

Nah, apa yang bisa kita pelajari dari Nicholas Hayek?

a) Senantiasa amati lingkungan eksternal sekitar Anda.

Selalu amati lingkungan di sekitar Anda. Jangan sampai mereka berubah lebih cepat daripada Anda. Anda harus lebih cepat daripada lingkungan, lebih cepat daripada pasar, dan lebih cepat daripada kompetitor.

b) Putuskan yang ingin Anda lakukan.

Tak melakukan apa pun bukanlah pilihan. Sering, banyak sekali yang menentang kita pada saat kita punya ide. Tetapi, jika mereka ditanya, mereka juga tidak punya ide lain.

c) Jangan malu, jangan takut, jangan ragu-ragu.

Setiap kali mau berubah, kita pasti punya perasaan-perasaan seperti itu. Malu, atau takut, atau ragu-ragu. Ingat, jika Anda tidak berubah dan gagal, Anda akan lebih malu lagi.
Jika Nicholas Hayek takut, malu, atau ragu-ragu, mungkin industri arloji Swiss sudah bangkrut. Hal yang sama bisa terjadi pada Anda.

Change yourself, adapt to the new environment, embrace and learn new things.

Semoga Cerita di atas bisa merangsang inovasi kita semua, terlebih dalam situasi pandemi seperti saat ini. Perubahan terus terjadi, maka kita juga harus berubah dan jangan biarkan kita dihambat oleh MALU, TAKUT DAN RAGU - RAGU.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama