Pernah punya atasan yang nge-chat jam 10 malam cuma buat nanya “progress-nya sampai mana?” atau yang selalu duduk di belakangmu sambil bilang, “coba font-nya digedein dikit...” padahal kamu belum selesai nulis?
Kalau iya, kamu bukan tidak
kompeten. Kamu sedang berada dalam lingkaran micromanagement – bentuk
kontrol kerja yang sering disamarkan sebagai “perhatian” tapi sebenarnya menghambat
pertumbuhan tim.
Isi Konten: Micromanagement
dan Dampaknya pada Lingkungan Kerja
Apa Itu Micromanagement?
Micromanagement adalah gaya kepemimpinan di mana atasan mengontrol setiap
detail pekerjaan bawahannya secara berlebihan, sering kali tanpa memberi
ruang untuk otonomi atau kreativitas.
Ciri-ciri Atasan Micromanager:
- Selalu minta laporan detail setiap hari/hariannya
- Terlibat terlalu dalam di hal-hal teknis kecil
- Tidak percaya pada keputusan tim
- Sering override pekerjaan yang sudah selesai
- Tidak pernah puas dengan hasil kerja orang lain
Dampak Micromanagement
terhadap Tim:
- Menurunkan rasa percaya diri dan ownership karyawan
- Menghambat ide-ide baru dan kreativitas
- Meningkatkan stres dan kelelahan mental
- Menyebabkan turnover atau resign diam-diam
- Merusak budaya kerja kolaboratif
Pandangan Praktisi SDM:
Menurut Yudi Lesmana, S.H.,
Praktisi HRLegal Manager & Advokat, di perusahaan nasional:
“Micromanagement sering muncul
dari atasan yang punya kecemasan tinggi atau belum bisa membedakan antara
kontrol dan kepercayaan. Sebagai HR, kami lihat banyak talenta bagus yang pergi
bukan karena gajinya kecil, tapi karena mereka merasa ‘dikekang’ dan tidak
diberi ruang untuk berkembang.”
Siska menyarankan agar perusahaan mulai melatih atasan dalam leadership coaching dan membangun budaya feedback dua arah.
Bagaimana Mengatasi
Micromanagement:
- Bangun komunikasi yang jelas sejak awal soal
ekspektasi dan deadline.
- Gunakan tools kerja (project management app)
agar atasan bisa memantau tanpa harus intervensi terus-menerus.
- Berani diskusi terbuka dengan atasan tentang
cara kerja yang paling efektif dan saling menghargai gaya kerja.
- Dukung pelatihan leadership untuk level
manajerial, agar mereka belajar mendelegasikan dengan tepat.
- HR perlu memfasilitasi forum internal untuk
mendengar suara tim tanpa intimidasi.
Micromanagement tidak hanya
membunuh kreativitas, tapi juga merusak fondasi kepercayaan yang
dibutuhkan sebuah tim untuk tumbuh. Atasan hebat adalah mereka yang mampu
memberi arahan tanpa harus memegang semua kendali.
Pernah mengalami micromanagement di tempat
kerja? Bagikan kisahmu di kolom komentar. Kamu tidak sendirian.
Sebarkan artikel ini ke teman kantor atau tim HR kamu. Bisa jadi ini awal
dari perubahan cara kerja yang lebih sehat dan kreatif.
Posting Komentar