Micromanagement: Gaya Kepemimpinan yang Diam-diam Membunuh Kreativitas Tim

Pernah punya atasan yang nge-chat jam 10 malam cuma buat nanya “progress-nya sampai mana?” atau yang selalu duduk di belakangmu sambil bilang, “coba font-nya digedein dikit...” padahal kamu belum selesai nulis?

Kalau iya, kamu bukan tidak kompeten. Kamu sedang berada dalam lingkaran micromanagement – bentuk kontrol kerja yang sering disamarkan sebagai “perhatian” tapi sebenarnya menghambat pertumbuhan tim.

 Baca Juga : Revisi KUHAP: Akhir dari Peradilan Kolot, atau Awal Masalah Peradilan Baru?

Isi Konten: Micromanagement dan Dampaknya pada Lingkungan Kerja

Apa Itu Micromanagement?

Micromanagement adalah gaya kepemimpinan di mana atasan mengontrol setiap detail pekerjaan bawahannya secara berlebihan, sering kali tanpa memberi ruang untuk otonomi atau kreativitas.

Ciri-ciri Atasan Micromanager:

  1. Selalu minta laporan detail setiap hari/hariannya
  2. Terlibat terlalu dalam di hal-hal teknis kecil
  3. Tidak percaya pada keputusan tim
  4. Sering override pekerjaan yang sudah selesai
  5. Tidak pernah puas dengan hasil kerja orang lain

Dampak Micromanagement terhadap Tim:

  1. Menurunkan rasa percaya diri dan ownership karyawan
  2. Menghambat ide-ide baru dan kreativitas
  3. Meningkatkan stres dan kelelahan mental
  4. Menyebabkan turnover atau resign diam-diam
  5. Merusak budaya kerja kolaboratif

Pandangan Praktisi SDM:

Menurut Yudi Lesmana, S.H., Praktisi HRLegal Manager & Advokat, di perusahaan nasional:

“Micromanagement sering muncul dari atasan yang punya kecemasan tinggi atau belum bisa membedakan antara kontrol dan kepercayaan. Sebagai HR, kami lihat banyak talenta bagus yang pergi bukan karena gajinya kecil, tapi karena mereka merasa ‘dikekang’ dan tidak diberi ruang untuk berkembang.”

Siska menyarankan agar perusahaan mulai melatih atasan dalam leadership coaching dan membangun budaya feedback dua arah.

Bagaimana Mengatasi Micromanagement:

  1. Bangun komunikasi yang jelas sejak awal soal ekspektasi dan deadline.
  2. Gunakan tools kerja (project management app) agar atasan bisa memantau tanpa harus intervensi terus-menerus.
  3. Berani diskusi terbuka dengan atasan tentang cara kerja yang paling efektif dan saling menghargai gaya kerja.
  4. Dukung pelatihan leadership untuk level manajerial, agar mereka belajar mendelegasikan dengan tepat.
  5. HR perlu memfasilitasi forum internal untuk mendengar suara tim tanpa intimidasi.

 Baca Juga : Advokat Dipinggirkan? RUU KUHAP dan Ancaman Bisu bagi Pembela Keadilan

Micromanagement tidak hanya membunuh kreativitas, tapi juga merusak fondasi kepercayaan yang dibutuhkan sebuah tim untuk tumbuh. Atasan hebat adalah mereka yang mampu memberi arahan tanpa harus memegang semua kendali.

 Pernah mengalami micromanagement di tempat kerja? Bagikan kisahmu di kolom komentar. Kamu tidak sendirian.


Sebarkan artikel ini ke teman kantor atau tim HR kamu. Bisa jadi ini awal dari perubahan cara kerja yang lebih sehat dan kreatif.

 

Post a Comment

أحدث أقدم