Aksi Akbar 205: Antara Aspirasi Mitra Ojol dan Dampaknya bagi Pengguna

Pada tanggal 20 Mei 2025, publik akan menyaksikan aksi serentak bertajuk Aksi Akbar 205, yang melibatkan sejumlah besar pengemudi ojek online (ojol) dari berbagai kota di Indonesia. Aksi ini direncanakan dalam bentuk demo langsung dan offbid massal, yaitu mematikan aplikasi selama 24 jam penuh.

Namun, apakah semua pengemudi akan ikut? Bagaimana dampaknya bagi pengguna, dan apa sebenarnya inti dari protes ini?

Latar Belakang Aksi

Aksi ini digagas oleh Gabungan Aksi Roda Dua (GARDA) Indonesia, organisasi yang menaungi sebagian pengemudi ojol. Mereka menyuarakan keresahan terhadap pemotongan tarif oleh aplikator yang dianggap melebihi batas maksimal sesuai regulasi.

Poin utama tuntutan:

  1. Evaluasi potongan maksimal oleh aplikator (diduga lebih dari 20–30%)
  2. Perlindungan hukum yang lebih jelas bagi pengemudi
  3. Keadilan dalam sistem insentif dan transparansi tarif

Baca Juga : Outsourcing Dihapus? Harapan Pekerja, Dilema Pengusaha

Apakah Semua Pengemudi Akan Ikut?

Belum tentu. Partisipasi pengemudi dalam aksi ini bersifat sukarela. Berdasarkan pernyataan GARDA, targetnya memang besar, namun:

  1. Banyak pengemudi independen yang tidak tergabung dalam komunitas atau asosiasi
  2. Sebagian pengemudi khawatir kehilangan pendapatan jika tidak aktif sehari penuh
  3. Ada juga pengemudi yang memilih tetap melayani pelanggan demi loyalitas atau kebutuhan pribadi

Analisa: Kemungkinan besar layanan akan terganggu di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Medan, tetapi tidak berarti semua layanan akan lumpuh total. Pengguna mungkin tetap dapat menemukan driver, hanya dengan waktu tunggu lebih lama dan harga dinamis (tarif meningkat).

Dampak Potensial terhadap Pengguna & Masyarakat Umum

  1. Transportasi harian: Penumpang akan mengalami keterbatasan jumlah driver, terutama di jam sibuk.
  2. Pesanan makanan & logistik: Layanan GoFood, GrabFood, ShopeeFood, dan kurir instan bisa melambat atau terganggu.
  3. Aktivitas bisnis dan perkantoran: Banyak karyawan, termasuk kurir dan staf lapangan, sangat bergantung pada ojol untuk mobilitas dan pengantaran.

Imbauan kepada Rekan Kerja atau Pengguna Transportasi Online

Untuk Anda yang terbiasa menggunakan layanan ojol, berikut saran praktis:

1.      Rencanakan Perjalanan Lebih Awal Pastikan untuk memesan kendaraan lebih awal dari biasanya, atau siapkan alternatif transportasi (kendaraan pribadi, kendaraan umum).

2.      Gunakan Transportasi Umum sebagai Cadangan TransJakarta, MRT, LRT, atau kereta komuter dapat menjadi solusi pengganti yang efektif.

3.      Pertimbangkan Work from Home atau WFA Jika memungkinkan, tim kerja dapat diberi opsi bekerja dari rumah untuk menghindari hambatan mobilitas.

4.      Periksa Aplikasi Secara Berkala Update kondisi ketersediaan layanan dapat berubah sepanjang hari. Pastikan Anda memantau langsung dari aplikasi.

5.      Bersikap Bijak dan Menghindari Konflik Jika ada penundaan layanan atau pengemudi membatalkan pesanan, pahami bahwa mereka sedang mengekspresikan hak demokratis mereka.

 Baca Juga : Revisi KUHAP: Akhir dari Peradilan Kolot, atau Awal Masalah Peradilan Baru?

Suara dari Jalan: Mengapa Mereka Bergerak?

Andi (37 tahun), pengemudi ojol asal Jakarta, mengatakan:

"Kami bukan minta dimanjakan. Kami cuma ingin adil. Kalau aplikator terus ambil besar, bagaimana kami bisa kasih makan anak istri?"

Nur (29 tahun), pengemudi perempuan, menambahkan:

"Saya kerja 10 jam bisa cuma bawa pulang 110 ribu. Itu pun belum dipotong pulsa, bensin, dan cicilan motor."

Pandangan Praktisi Hukum: Awas Celah Hukum dalam Kemitraan Digital

Lesmana, SH., Seorang Head HRDLegal & praktisi hukum (Advokat) ketenagakerjaan, menyatakan:

"Permasalahan ojek online ini berada pada ranah hukum yang belum sepenuhnya adaptif terhadap ekosistem digital. Mereka disebut mitra, tetapi hak-hak dasar pekerja banyak yang tidak dipenuhi. Hukum kita perlu menjembatani kesenjangan ini: memberikan perlindungan seperti pekerja, tapi juga mempertimbangkan fleksibilitas ekonomi digital."

"Demo ini adalah sinyal kuat bahwa 'kemitraan' tidak bisa terus didefinisikan sepihak. Negara harus hadir."

Aksi ini mencerminkan bahwa di balik kemajuan teknologi transportasi, masih ada tantangan mendasar dalam hubungan kerja dan kesejahteraan mitra pengemudi. Di sisi lain, pengguna dan sektor bisnis juga terdampak secara langsung.

Karena itu, yang dibutuhkan saat ini bukan hanya aksi sepihak, tetapi ruang dialog terbuka antara pengemudi, aplikator, dan pemerintah, agar solusi yang adil bisa terwujud bersama.

Kamu pengguna layanan ojek online?


Cobalah diam sejenak hari ini dan bayangkan jika layanan itu tak lagi ada.

Bagikan tulisan ini jika kamu percaya bahwa perjuangan mereka layak mendapat perhatian.

Tulis pendapatmu di kolom komentar: Apakah kamu mendukung tuntutan Aksi Akbar 205?


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama