Lagi ramai di halaman X : Polemik Cuti Bersama Banyak dan Produktivitas Pekerja Indonesia menurun ?

Setiap tahun, daftar libur nasional dan cuti bersama di Indonesia kerap menjadi sorotan publik. Sebagian menyambut dengan antusias, sebagian lagi mulai mempertanyakan:

Apakah libur terlalu banyak bisa menurunkan produktivitas tenaga kerja kita?

Di tengah perlombaan global dan tuntutan efisiensi, pertanyaan ini menjadi penting:
Apakah produktivitas Indonesia benar-benar terhambat oleh cuti bersama yang terlalu banyak, atau ada faktor lain yang lebih menentukan?

setiap kali pemerintah mengumumkan cuti bersama. pekerja senang Tapi di sisi lain, para pengusaha mengelus dada. Sementara itu, laporan internasional terus menyebut:

Produktivitas tenaga kerja Indonesia masih rendah.

 Jadi, pertanyaannya... apakah cuti bersama yang terlalu banyak benar-benar penyebabnya, atau ini cuma kambing hitam dari masalah yang lebih dalam?

Baca Juga : Tanpa Batasan Usia: Apakah Ini Awal Era Baru Dunia Kerja di Indonesia?

Di tahun 2024, pemerintah menetapkan total 27 hari libur nasional dan cuti bersama. Jika digabung dengan jatah cuti tahunan 12 hari, maka pekerja formal berpotensi libur hingga hampir 40 hari dalam setahun. Jumlah ini termasuk yang terbanyak di Asia Tenggara.

Tapi kenyataannya, Indonesia belum juga naik kelas soal produktivitas tenaga kerja. Bahkan dibanding Vietnam, kita masih tertinggal.

Terdengar seperti kontradiksi, bukan?

Analisis Berdasarkan Data:

1.       Apa Kata Angka?

a.       Data dari Asian Productivity Organization (2023) menunjukkan bahwa output per jam pekerja Indonesia hanya sekitar USD 16,50.

b.       Bandingkan dengan:

1)      Vietnam: USD 18,1

2)      Malaysia: USD 36,2

3)      Singapura: USD 68,50

Pertanyaannya bukan cuma soal berapa lama kita kerja, tapi seberapa efektif kita bekerja.

2.       Apakah Cuti Bersama Penyebabnya? Tidak sesederhana itu.

Negara-negara seperti Jerman, Belanda, dan Prancis juga punya libur cukup banyak, tapi tetap produktif. Bedanya adalah:

a.       Budaya kerja yang efisien

b.       Sistem kerja yang jelas

c.       Teknologi yang mendukung

d.       SDM yang terlatih dengan baik

Artinya, bukan jumlah libur yang salah. Bisa jadi kita belum siap memanfaatkan waktu kerja sebaik mungkin.

3.       Cuti: Musuh atau Kawan?

Cuti bersama bukan musuh. Justru bisa jadi penyelamat:

a.    Mengurangi stres dan burnout

b.    Menjaga keseimbangan hidup

c.     Meningkatkan loyalitas karyawan

Masalah muncul ketika:

a.    Waktu libur terlalu sering, terlalu mendadak

b.    Dunia usaha tidak diberi ruang beradaptasi

c.     Tidak ada efisiensi selama hari kerja aktif

Jadi, ini bukan tenta fakta atau hoax atau lebih dari itu daripada saling menyalahkan pemerintah, pekerja, atau pengusaha mungkin sudah waktunya kita bertanya:

Apakah kita sudah menggunakan waktu kerja sebaik waktu libur kita?

Produktivitas bukan soal berapa hari kita kerja, tapi apa yang kita hasilkan dari setiap jam yang kita punya.

Apakah kamu merasa cuti bersama membantu atau malah mengganggu produktivitasmu?
Yuk, bagikan pendapatmu di kolom komentar!

Dan jangan lupa share tulisan ini agar lebih banyak orang bisa berdiskusi secara kritis tentang masa depan produktivitas bangsa.


Post a Comment

أحدث أقدم